Kamis, 11 Maret 2010

Inilah BEBERAPA PENDAPAT AKHIR PARA PEMIKIR

Inilah BEBERAPA PENDAPAT AKHIR PARA PEMIKIR

Karena orang-orang baik pria maupun wanita yang tercantum di buku ini punya pengaruh luar biasa terhadap dunia di mana kita hidup, mungkin menarik meneliti beberapa ciri-cirinya secara keseluruhan.
Pertama, tercatat di situ sebagian terbesar mereka berasal dari Eropa. (Pembagian secara statistik mengenai asal-usul mereka dapat dibaca dalam kolom A). Dari daftar itu tampaknya orang Inggris merupakan penyumbang lebih besar buat kebudayaan manusia dibanding orang dari negeri atau bangsa lain. Menarik untuk dicamkan bahwa dari delapan belas orang Inggris di daftar urutan buku ini, lima diantaranya berasal dari Skotlandia. (Dari kelima orang itu menduduki urutan parohan atas). Karena orang Skotlandia hanya merupakan seperdelapan persen dari keseluruhan penduduk bumi, ini betul-betul satu pemusatan orang-orang berbakat dan berkarya besar yang mengagumkan.
Seperti dapat kita saksikan dalam kolom B, orang-orang yang disebut dalam daftar urutan tidaklah terbagi merata di sepanjang masa sejarah tercatat. Sebaliknya, sebagian besar mereka muncul di masa antara abad ke- 6 dan abad ke- 3 sebelum Masehi. Sesudah itu, terbentanglah masa lowong yang panjang. Tetapi, begitu menginjak abad ke-15 sesudah Masehi, mematang lagi kondisi mendorong kemajuan --paling tidak perubahan-- dan abad-abad berikutnya menyumbang pertambahan nama untuk daftar urutan ini. (Tentu terlampau pagi mengatakan apakah dalam abad kita ini akhirnya melahirkan orang-orang ternama seperti halnya terjadi di abad ke- 19).
Buku-buku sejarah sering menyediakan sebagian besar halamannya untuk memperbincangkan peristiwa-peristiwa politik. Tetapi menurut hemat saya, kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan telah berbuat lebih banyak dalam hal memberi bentuk dunia tempat kita hidup ini. Oleh sebab itu, bukan barang kebetulan jika daftar urutan buku ini memuat lebih sarat para ilmuwan dan penemu ketimbang para politikus dan pemimpin militer. Kolom C memperlihatkan berapa banyak jumlah orangorang yang terlibat pada tiap katagori jenis karya manusia.
Karena terlampau sedikitnya pemuka-pemuka agama ditempatkan di puncak daftar urutan buku ini, kolom C (yang cuma memperhitungkan jumlah orang-orang dalam tiap katagori dan menyisihkan posisi mereka) seakan mengecilkan nilai dan arti penting agama dalam kehidupan manusia. Sebaliknya dari itu kolom C seakan membesar-besarkan arti kejadian politik karena mayoritas tokoh-tokoh politik berada di parohan lebih rendah dalam daftar urutan ini.
Menarik untuk dicatat, sedikitnya 19 orang dalam daftar ini tak pernah kawin. (Karena data tidak bisa diperdapat semua, jumlah sebenarnya mungkin lebih banyak dari itu). Ini menarik, berhubung kelompok itu sebagian besar terdiri dari orang-orang berada dan sehat dibanding dengan umumnya penduduk.
Dan meskipun yang kawin, tak semuanya punya keturunan. Sedikitnya 26 orang yang terpampang di daftar urutan buku ini tak punya anak. Kalau toh ada diantara mereka punya anak, keturunannya hanya berlanjut satu atau dua generasi; sesudah itu tidak ada ceritanya lagi. Meskipun informasi tak bisa diperoleh untuk tiap contoh-dan meskipun kemungkinan adanya keturunan tak sah tak bisa diabaikan-tampaknya cuma setengah dari orang-orang yang tertera dalam buku ini punya keturunan yang hidup.
Tentu saja, semua orang yang tercantum namanya di sini punya tingkat kecerdasan tinggi, dan mayoritasnya peroleh pendidikan baik. Cuma 7 diantara mereka yang butahuruf, dan umumnya kemasyhuran yang mereka peroleh lewat kedudukan pimpinan militer.
Akhirnya, haruslah pula disebut adanya fakta yang mengherankan, yaitu sedikitnya 10 dari orang-orang yang tercantum di daftar ini menderita pembengkakan, punya bentuk di luar ukuran akibat penyakit yang biasa terdapat dalam masyarakat umum. Seringnya pembengkakan di kalangan orang-orang besar telah membangkitkan minat para penyelidik mengetahui sebab-musababnya.
Baca selengkapnya
Inilah TOKOH-TOKOH TERHORMAT YANG TERTINGGAL

Inilah TOKOH-TOKOH TERHORMAT YANG TERTINGGAL

Tatkala buku ini sedang disusun, banyak sobat-sobat dan kawan sekerja penulis mengusulkan pelbagai tokoh historis yang mereka anggap tertinggal, layak dimasukkan dalam bagian nokok buku ini.
Sangat sedikit dari tokoh-tokoh yang diusulkan itu diterima. Lainnya, karena pertimbangan ini dan pertimbangan itu, ditolak. Di bawah ini dicantumkan sejumlah tokoh menarik yang menurut keputusan terakhir penulis tidak termasuk dalam deretan seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah, meskipun --tak syak lagi-- banyak argumen kuat yang berpihak kepada mereka yang tidak kebagian tempat itu.
Di halaman berikut ini ada, artikel pendek sekitar sepuluh tokoh, memaparkan alasan-alasan penulis apa sebab mereka tidak dimasukkan ke dalam deretan seratus tokoh. Ini tidaklah harus dianggap bahwa penulis berpikir kesepuluh orang itu akan menjadi nomor 101 sampai 110 apabila deretan daftar nama diperpanjang, atau orang-orang yang disebut di bawah ini akan menjadi nomor 101 sampai 200.
Abraham Charles V, Kaisar Romawi Suci
Aesop Khufu (Cheops)
Howard H. Aiken Chu Hsi
St. Thomas Aquinas Winston Churchill
Archimides Karl von Clausewitz
Aristarchus dari Samos Rudolf Clausius
Neil Amstrong Marie Curie
Charles Babage Gottlieb Daimler
Jeremy Bentham Dante Alighieri
Otto Von Bismark Darius,Yang Agung
Robert Boyle Raja David
Louis de Broglie Democritus
Nicolas Sadi Carnot Mary Baker Eddy
Rovert C.W. Ettinger Meiji Tenno (Kaisar Mutsuhito)
Henry Ford Sultan Mohammed (Mehmed) II
George Fox Montesquieu
Benyamin Franklin Maria Montessori
Frederick yang Agung Samuel Morse
Betty Eriedan Wolfgang Amadeus Mozart
Galen Muawiyah I
Mohandas K. Gandbi Gerard,K.O' Neill
Karl Friederich Gauss Blaise Pascal
Hammurabi Ivan Pavlov
Han Wu Ti Marco Polo
Georg Wilhelm Friedrich Hegel Ptolemy (Cladius Ptlolemaeus)
Henry VIII Pythagoras
Henry Sang Navigator Rembrandt
Theodor Herzl Franklin Delano Roosevelt
Hippocrates Sankara
Thomas Hobbes Sargon Akkad
James Hutton Erwin Schrodinger
Ikhnaton William B. Shockley
Isaiah Joseph Smith
Joan of Arc Socrates
Joseph Marie Jacquard Sophocles
Immanuel Kant Sun Yat-Sen
John Maynard Keynes William Henry Fox Talbot
Har Gobind Khorana Tamerlane
Martin Luther King Jr T'ang T'ai Tsung
Alfred C. Kinsey Edward Teller
Kublai Khan Henry David Thoreau
Gottfried Wilhelm von Leibnig Leo Tolstoy
Etiene Lenoir Charles H. Trownes
Leonardo da Vinci Harry S. Truman
Abraham Lincoln Selman A. Waksman
Liu Pang (Han Kao Tsu) James D. Watson
Louis XIV Mary Wollstonecraft
James Madison Frank Lloyd Wright
Ferdinand Magellan Vladimir Zworykin
Maria Sang Perawan
Baca selengkapnya
Inilah GREGOR MENDEL 1822-1884

Inilah GREGOR MENDEL 1822-1884

Ilmu prinsip dasar keturunan layak berterima kasih kepada penemunya, Gregor Mendel, pendeta Austria tak terkenal, ilmuwan amatir yang obyek penyelidikan briliannya semula tidak diacuhkan oleh dunia ilmu.
Mendel dilahirkan tahun 1822 di kota Heinzendorf di daerah daulat kerajaan Austria yang kini masuk bagian wilayah Cekosiowakia. Tahun 1843 dia masuk biara Augustinian, di kota Brunn, Austria (kini bernama Brno, Ceko). Dia menjadi pendeta tahun 1847. Tahun 1850 dia ikut ujian peroleh ijasah guru, tetapi gagal dan dapat angka terburuk dalam biologi! Meski begitu, kepada pendeta di biaranya mengirim Mendel ke Universitas Wina, dari tahun 1851-1853 dia belajar matematika dan ilmu pengetahuan lainnya. Mendel tak pernah berhasil mengantongi ijasah guru resmi, tetapi dari tahun 1854-1868 dia menjadi guru cadangan ilmu alam di sekolah modern kota Brunn.
Sementara itu, mulai tahun 1856 dia memperlihatkan pengalaman-pengalamannya yang masyhur di bidang pembiakan tumbuh-tumbuhan. Menjelang tahun 1865 dia sudah menemukan hukum keturunannya yang kesohor dan mempersembahkan kertas kerjanya di depan perkumpulan peminat sejarah alam kota Brunn. Tahun 1866 hasil penyelidikannya diterbitkan oleh majalah Transactions milik perkumpulan itu di bawah judul "Experiments with Plant Hybrids." Kertas kerja keduanya diterbitkan oleh majalah itu juga tiga tahun kemudian. Kendati majalah itu bukanlah majalah besar, tetapi banyak terdapat di pelbagai perpustakaan besar. Di samping itu Mendel mengirim satu salinan kepada Karl Nageli, seorang tokoh disegani di bidang ilmu keturunan. Nageli membaca salinan itu dan kirim balasan kepada Mendel tetapi dia tidak paham apa yang teramat penting dalam salinan kertas kerja Mendel itu. Sesudah itu umumnya kertas kerja Mendel diabaikan dan nyaris dilupakan orang hampir tiga puluh tahun lamanya.
Tahun 1866 Mendel naik pangkat ditunjuk jadi pendeta kepala di biaranya. Kesibukan administrasi rutin membuatnya kehabisan tempo melanjutkan penyelidikannya dalam bidang tanam-tanaman. Ketika dia meninggal tahun 1884 dalam usia enam puluh satu, penyelidikan briliannya nyaris dilupakan orang dan dia tak peroleh pengakuan apa pun untuk penyelidikan itu.
Jerih payah Mendel baru diketemukan kembali tahun 1900 oleh tiga ilmuwan dari tiga bangsa yang berbeda-beda: Hugo de Vries dari Negeri Belanda, Carl Correns dari Jerman dan Erich von Tschermak dari Austria. Mereka bekerja secara terpisah tatkala menemukan artikel Mendel. Masing-masing mereka sudah punya pengalaman sendiri di bidang botani. Masing-masing secara tersendiri menemukan hukum Mendel. Dan masing-masing (sebelum menerbitkan buku) secara seksama mempelajari hasil kerja Mendel dan masing-masing pula menjelaskan bahwa penyelidikannya memperkuat pendapat Mendel. Satu kebetulan segitiga yang aneh! Lebih dari itu, di tahun itu juga, William Bateson, ilmuwan berkebangsaan Inggris, menemukan pula kertas kerja Mendel yang asli dan segera mengedepankan kepada kalangan dunia ilmu. Di penghujung tahun itu Mendel dapat sambutan meriah dan penghargaan atas begitu hebat karya-karya yang dilakukannya selama masa hidupnya.
Bukti-bukti apakah perihal keturunan yang sudah ditemui Mendel? Pertama, Mendel mengetahui bahwa pada semua organisme hidup terdapat "unit dasar" yang kini disebut gene yang secara khusus diturunkan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Dalam dunia tumbuh-tumbuhan yang diselidiki Mendel, tiap ciri pribadi, misalnya warna benih, bentuk daun, ditentukan oleh pasangan gene. Suatu tumbuhan mewariskan satu gene tiap pasang dari tiap "induk"-nya. Mendel menemukan, apabila dua gene mewariskan satu kualitas tertentu yang berbeda (misalnya, satu gene untuk benih hijau dan lain gene untuk benih kuning) akan menunjukkan dengan sendirinya dalam tumbuhan tertentu itu. Tetapi, gene yang berciri lemah tidaklah terhancurkan dan mungkin diteruskan kepada tumbuhan keturunannya. Mendel menyadari, tiap kegiatan sel atau gamete (serupa dengan sperma atau telur pada manusia) berisi cuma satu gene untuk satu pasang. Dia juga menegaskan, adalah sepenuhnya suatu kebetulan bilamana gene dari satu pasang terjadi pada satu gamete dan diteruskan kepada keturunan tertentu.
Hukum Mendel, meski sudah dilakukan perubahan kecil, tetap merupakan titik tolak dari ilmu genetika modern. Bagaimana Mendel selaku seorang amatir mampu menemukan prinsip yang begitu penting yang menyisihkan begitu banyak biolog profesional yang masyhur yang ada sebelumnya? Untungnya, dia memilih untuk bidang penyelidikannya jenis tumbuhan yang ciri-ciri khasnya ditentukan oleh seperangkat gene. Kalau saja ciri-ciri pokok yang diselidikinya masing-masing sudah ditentukan oleh pelbagai perangkat gene, penyelidikannya akan menghadapi kesulitan yang luar biasa. Tetapi, keberuntungan ini tidak akan menolong Mendel kalau saja dia tidak punya sifat kecermatan yang dahsyat dan kesabaran seorang pencoba, dan juga tidak akan menolongnya apabila dia tidak menyadari bahwa perlu membuat analisa statistik dari pengamatannya. Karena faktor contoh-contoh di atas, umumnya mungkin tidak bisa diduga jenis kualitas mana sesuatu keturunan akan mewariskan. Hanya lewat sejumlah besar percobaan (Mendel sudah mencatat hasil lebili dari 21.000 tumbuh-tumbuhan!), dan lewat analisa hasil-hasilnya, Mendel dapat menarik kesimpulan terhadap hukum-hukumnya.

Jelaslah, hukum keturunan merupakan penambah penting buat pengetahuan manusia, dan pengetahuan kita tentang genetika mungkin akan lebih dapat dipraktekkan di masa depan daripada sebelumnya. Ada pula faktor yang tak boleh diabaikan kalau kita memutuskan dimana Mendel mesti ditempatkan dalam urutan daftar buku ini. Karena penemuannya diremehkan di saat hidupnya, dan kesimpulan-kesimpulannya diketemukan oleh ilmuwan yang datang belakangan, penyelidikan Mendel dianggap tidak berdiri sendiri. Apabila alasan ini dipaksakan, orang bisa berkesimpulan bahwa Mendel mungkin bisa tersisihkan sepenuhnya dari daftar, seperti halnya Leif Ericson, Aristarchus, Ignaz Semmelweiss telah disisihkan guna memberikan tempat buat Colombus, Copernicus dan Joseph Lister.
Tetapi, ada beda antara kasus Mendel dengan lainnya. Pekerjaan Mendel terlupakan hanya sebentar, dan begitu diketemukan kembali, segera melangit. Lebih jauh dari itu, de Vries, Correns, dan Tschermak, meskipun mereka menemukan kembali prinsip-prinsipnya secara independen, toh dia baca karya Mendel dan mengutip hasil-hasilnya. Akhirnya, orang tidak bisa bilang karya Mendel tak berpengaruh kendati de Vries, Correns dan Tschermak tak pernah hidup di dunia. Artikel-artikel Mendel sudah tersebar luas riwayat-riwayatnya (oleh W.O. Focke) sekitar masalah keturunan. Tulisan itu cepat atau lambat sudah dapat dipastikan akan diketemukan juga oleh mahasiswa-mahasiswa yang serius di bidang itu. Juga layak dicatat, tak satu pun dari ketiga ilmuwan itu yang menuntut bahwa merekalah penemu ilmu genetika. Juga, secara umum dunia ilmu sudah menyebutnya sebagai "Hukum Mendel."
Penemuan Mendel kelihatannya bisa dibandingkan dengan penemuan Harvey, baik dari segi orisinalnya maupun arti pentingnya tentang peredaran darah, dan dia sudah ditempatkan pada urutan yang sewajarnya.
Baca selengkapnya