Jumat, 14 Januari 2011

Inilah Prof Djoko Suryo: Belajar dari Sejarah dan Humaniora

Add caption
Sejarah adalah kebajikan. Ia adalah ilmu yang menjadi pangkal untuk memahami seluruh kehidupan manusia beserta peradaban yang sebenarnya. Belajarlah dari sejarah karena ia adalah guru yang akan membawa manusia kepada kearifan.
Sebuah pandangan yang diyakini oleh Prof Dr Djoko Suryo setelah pergulatannya selama puluhan tahun sebagai sejarawan. Guru Besar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini mengatakan, begitu banyak nilai-nilai dan pelajaran yang bisa ditarik dari perjalanan kehidupan manusia dalam sejarahnya.
"Kalau orang mempelajari sejarah, berarti ia sedang mempelajari manusia dari segala dimensinya. Manusia yang sebenarnya itu lahir, hidup, berkembang, dan menghadapi perjalanan hidup, mengalami tantangan, dan bisa mencapai keberhasilan, tetapi juga bisa mengalami kegagalan. Dari situlah seluruh pelajaran hidup tersimpan," papar pria kelahiran 30 Desember 1939 ini, Selasa (21/3), di Yogyakarta.
Pelajaran sejarah itu akan bisa ditarik makna dan nilainya sesuai apa yang manusia inginkan. Banyak hal yang bisa dipetik dari contoh- contoh pengalaman-pengalaman masyarakat masa lampau. Dari peperangan, bencana, ataupun perusakan lingkungan hingga mengakibatkan hancurnya peradaban masa lampau.
"Kita bisa memilih mana yang patut kita lakukan dan ditinggalkan karena tidak perlu ditiru. Dan juga, kita bisa melihat apa yang dilakukan masyarakat sekarang dan bagaimana berusaha melahirkan masyarakat masa depan, masyarakat seperti apa yang akan kita ciptakan. Sejarah mengajarkan proses kehidupan manusia dalam tiga dimensi-masa lalu, masa sekarang, dan melihat sejarah masa depan dari sejarah masa lalu," ujarnya.
Sayangnya, kini orang cenderung melihat masa kini dan melupakan sejarah, bahkan dari sejarah pribadinya. Orang pun menjadi tidak berpikir akan sejarah masa depan.
"Orang kini digoda oleh kekinian saja. Apa yang sekarang sedang tren. Mereka menjadi terbius, sehingga yang masa depan tidak terpikirkan. Akibatnya, orang merencanakan sesuatu hanya seadanya saja," katanya.
Sejarah kehidupan tersingkirkan. Manusia masa kini, menurut Djoko, cenderung kesulitan bahkan tidak bisa lagi merenung karena cepatnya perubahan zaman yang serba pragmatis. Anak-anak muda pun tidak sempat lagi merekam, merenungkan, dan merefleksikan apa yang sudah terjadi, sehingga orang cenderung cepat saja melupakan yang sudah terjadi.
"Peristiwa cepat lewat dan tergantikan peristiwa baru sehingga tidak sempat melihat apa yang sudah terjadi. Situasi itu mengakibatkan kita pun tidak mampu melahirkan pengetahuan dan pemahaman dari masa lampau. Akhirnya, kita tidak bisa belajar dari sejarah," tutur Djoko.
Di sinilah, bidang ilmu-ilmu humaniora atau ilmu tentang kemanusiaan memiliki perannya. Humaniora mempelajari manusia menghadapi perubahan dalam setiap bentuknya, lambat atau cepat.
"Ilmu humaniora itu penting dipelajari, di samping mempelajari ilmu yang canggih-canggih. Ilmu science itu kan muncul dari basis peradaban dan basis kebudayaan. Basisnya dulu adalah humaniora dan melalui itulah manusia memiliki kemampuan berpikir, berkreasi, bercita-cita, dan berimajinasi, maka tumbuh penciptaan. Oleh karena itulah, humaniora tetap memegang peranan penting," ujar Djoko.
Kini, lanjut Djoko, generasi muda kurang memiliki ruang dan kesempatan untuk berimajinasi. Yang ada hanya ingin serba cepat tanpa proses. Akhirnya, hanya menjadi pemakai dan pengekor teknologi. "Sejarah muncul dari penciptaan-penciptaan," ucap Djoko. Untuk itulah, ruang untuk menjadi kreatif itu yang perlu dibangun, ruang untuk berimajinasi. Sebuah ruang yang banyak dimiliki masa lampau yang dibangun melalui ilmu humaniora. Sejarah telah mengajarkan, maka belajarlah dari sejarah.
Baca selengkapnya

Inilah Penyatuan Irian Barat Masuk Kurikulum Sejarah

Add caption
TEMPO Interaktif, Jakarta:Penyatuan Irian Barat ke Indonesia akan dimasukkan ke revisi kurikulum nasional mata pelajaran sejarah. �Sesuai masukan pada uji publik, penyatuan Irian Barat adalah fakta sejarah yang perlu diajarkan secara nasional,� kata Sekretaris Tim Perbaikan Kurikulum Mata Pelajaran Sejarah, Wasino, kepada Tempo, Selasa (10/1).
Menurut dia, pembahasan akan mencakup mulai perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag hingga Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) yang dimulai pada 1961. Siswa akan mendapat materi kompetensi dasar tentang dasar penyatuan Irian Barat ke Negera Kesatuan Indonesia.
Ia mengakui saat ini masalah Papua sedang menjadi kontroversi di tingkat Internasional. Tapi ia menyangkal masuknya masalah tersebut sebagai propaganda. �Ini bukan propaganda, kami tidak ada urusan dengan politik yang kami masukkan hanya fakta sejarah,� ujarnya.
Sesuai fakta sejarah, kata dia, Irian Barat merupakan wilayah jajahan Hindia Belanda. Kemudian KMB memutuskan bahwa seluruh bekas jajahan Hindia Belanda menjadi wilayah negara Indonesia. Karena itu Irian Barat adalah sah wilayah Indonesia.
Sedangkan untuk Pepera, Wasino mengatakan itu hanyalah proses terakhir dari perundingan sebelumnya. Pepera dilakukan karena saat itu masalah Irian Barat menjadi isu internaional.
Sementara itu Ketua Tim Perbaikan Kurikulum Mata Pelajaran Sejarah, Djoko Suryo, yang ditemui secara terpisah mengatakan bahwa Pepera sudah cukup aspiratif. Saat Pepera dilakukan memang masyarakat Irian Barat hanya diwakili oleh kepala suku, namun menurutnya kondisi saat itu memang tidak memungkinkan untuk prinsip satu orang untuk satu suara.
Djoko mengatakan, perwakilan oleh Kepala Suku adalah hal yang wajar sama seperti anggota lembaga legislatif yang mewakili suara rakyat. Guru besar ilmu sejarah Universitas Gadjah Mada ini juga mengatakan, pepera harus dilihat pada konteks waktu saat itu.
Penulis : Oktamandjaya Wiguna
Sumber: Tempo interaktif
Baca selengkapnya

Inilah Penulisan Sejarah G 30 S PKI Alot

Add caption
Sejarawan Taufik Abdullah yang juga ketua Tim Penyusun Kurikulum Sejarah Indonesia untuk tingkat SLTP mengungkapkan, sampai saat ini timnya belum menghasilkan kata sepakat berkaitan dengan penulisan sejarah pemberontakan G 30 S PKI. "Perdebatannya sangat alot saat memasuki sesi pembahasan sejarah G 30 S PKI," kata Taufik kepada Jawa Pos di gedung LIPI baru-baru ini.
Pangkal perdebatannya, lanjut Taufik, adalah perbedaan mendasar dan cara pandang tim penyusun buku sejarah Indonesia. Sedikitnya ada empat pandangan. Kelompok pertama berpendapat dalang pemberontakan G 30 S PKI, seperti yang ditulis sejarah buku Indonesia selama ini.
Kelompok kedua menyimpulkan Soeharto berada di balik pemberontakan G 3 S PKI. Yang ketiga menuding tentara juga terlibat seperti opini yang berkembang pascareformasi. Keempat, Bung Karno dituding sebagai dalang pemberontakan G 30 S, seperti ditulis beberapa peneliti asing belakangan ini. "Jadi, sampai sekarang belum ada kesimpulan yang pasti," ungkap bekas ketua LIPI yang baru berulang tahun ke-70 itu.
Menyinggung munculnya buku sejarah G 30 S PKI karangan peneliti asing seperti Soekarno File karangan Dhake, Taufik mengatakan, penulisan seperti itu tidak berdasarkan pesanan kelompok tertentu. "Mereka menulis dengan referensi mendalam, dalam rentang waktu cukup lama dan berusaha menulis sejujurnya," ungkap Taufik.
Taufik sendiri semula sedikit kaget dan tidak bisa menerima seorang proklamator, founding father Bangsa Indonesia, dan tokoh nasionalis seperti Bung Karno dituding sebagai pemicu pemberontakan G 30 S PKI. Tapi, Taufik juga mengerti dan tahu betul kredibilitas penulis Soekarno File tadi. Karena itu, Taufik berharap semua pihak berpikir jernih. Sebab, sejarah akan terus berkembang.
"Jangankan soal peristiwa G 30 S PKI. Sejarah Mesir yang berumur ribuan tahun pun masih terus digali kebenarannya oleh para sejarawan dunia," ungkapnya. Taufik mengaku pernah berdiskusi panjang dengan seorang jenderal. Intinya, jenderal tadi menyimpulkan bahwa semua buku sejarah yang pernah ditulis di Indonesia kebenarannya masih fifty-fifty. Artinya, sejarah tadi bisa benar, tapi juga bisa salah. "Makanya, kita jangan terlalu berlebihan dalam menyikapi penulisan sebuah buku," ingatnya.
Taufik menambahkan, Soeharto ikut adil atas misteri pemberontakan G 30 S PKI. Mengapa? Karena Soeharto menolak menyidangkan Bung Karno. Padahal, ada desakan dari MPRS dan Angkatan 66
Baca selengkapnya

Inilah KERANGKA MASA DEPAN UNTUK KAJI SEJARAH

Add caption
Sejarah perlu dikaji dalam kerangka masa kini dan masa depan, bukan hanya digali demi terungkapnya masa lalu saja. Dengan demikian, sejarawan Indonesia dapat memahami dan membantu pemecahan masalah masa kini dan turut merencanakan kebijakan masa depan. "Masa lalu, masa kini, dan masa depan merupakan satu kesatuan tak terpisahkan," ujar guru besar Sejarah Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Djoko Suryo, pada peluncuran bukunya, Transformasi Masyarakat Indonesia dalam Historiografi Indonesia Modern pada peringatan ulang tahun ke-70 di UGM, Rabu (30/12).
Djoko mengatakan, melalui kajian sejarah, keterkaitan persoalan yang tengah dihadapi masyarakat di masa kini dengan masalah di masa lampau dan masa datang dapat dipahami. Dengan pemahaman ini, pemecahannya lebih mudah dicari. Dalam buku setebal 283 itu, Djoko menggali akar permasalahan serta usulan pemecahannya di sejumlah daerah melalui kajian sejarah dan transformasi daerah. Di antaranya, transformasi Pekalongan dari sebuah desa pesisir kecil menjadi sebuah kota di masa kini serta keistimewaan sosial budaya DIY.
Baca selengkapnya

Inilah Buku Sejarah Baru Bukan untuk Betulkan Sejarah

Add caption
Rencana penerbitan delapan jilid buku Sejarah Nasional yang akan memaparkan perjalanan peradaban dari masa prasejarah hingga reformasi bukanlah suatu upaya untuk membenarkan kekeliruan yang ada pada enam jilid buku Sejarah Nasional yang terbit pada masa Orde Baru.
Pernyataan tersebut diungkapkan editor utama buku tersebut sejarawan Taufik Abdullah di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta, Selasa (3/1).
"Buku itu �totaly new�, sesuatu yang berbeda tidak usah dibandingkan. Jika buku yang dulu bertolak dari sistematika rapi maka yang sekarang lebih menyerupai ensiklopedia," kata Taufik yang baru saja merayakan ulang tahun ke-70.
Lebih lanjut Taufik mengatakan agar buku yang dahulu tetap ada dan menjadi salah satu buku yang perlu dilihat. "Secara umum, buku ini akan mencoba menceritakan semua hal secara keseluruhan misalnya jika buku yang dulu seolah-olah lebih banyak berkisah tentang Jawa maka diharapkan yang ini akan lebih lengkap tidak hanya Jawa," katanya.
Dia menguraikan contoh, buku itu antara lain akan bercerita tentang terbentuknya Pulau Sulawesi dan mengupas alasan tentang Sulawesi yang memiliki flora dan fauna berbeda dengan daerah lain di Indonesia.
Taufik yang menolak berbicara lebih lanjut tentang sisi politis buku tersebut terutama terkait dengan peristiwa-peristiwa yang diyakini cukup sensitif dalam perjalanan sejarah Indonesia mengatakan, ada sekitar 80 orang penulis yang terdiri atas para pakar, peneliti dan bahkan saksi sejarah dari seluruh penjuru Indonesia.
Pada kesempatan itu, Taufik mengatakan tidak tertutup kemungkinan jika pihak yang memiliki kekuasaan selalu ingin  menguasai sejarah. "Naskahnya diharapkan siap pertengahan tahun ini, karena terlalu ambisius ingin memasukkan semua hal, jadi lambat," katanya.
Menurut dia, naskah tersebut sudah pernah siap tetapi kemudian ada ide untuk memasukkan topik  HAM. Lalu, kini ada ide untuk menambahkan sejarah perkembangan olahraga Indonesia juga.
Penulisan sejarah baru tersebut diperlukan saat muncul desakan atau ketidakpuasan atas penulisan sejarah, interprestasi baru atas suatu peristiwa atau ditemukannya sumber dan fakta baru.
Kedelapan jilid Sejarah Nasional yang disiapkan itu masing-masing Jilid I Prasejarah Indonesia (editor Truman Simanjuntak dan Harry Widijanto), Jilid II Zaman Hindu Buddha (Prof Dr Edi Sedyawati dan Drs Hasan Ja�afar), Jilid III Masa Islam (Azyumardi Azra dan Hassan Muarif Ambary), Jilid IV Persaingan Politik, Kolonialisme, dan Perubahan Sosial (Djoko Suryo dan Nina Herliana Lubis), Jilid V Gerakan Kebangsaan (M Hisjam dan I Ketut Ardhana), Jilid VI Perang dan Revolusi (Mestika Zed dan Mukhlis Paeni), Jilid VII Periode 1950-1965 (R Z Leirissa dan Anhar Gonggong), dan Jilid VIII Periode 1966-1998 (Susanto Zuhdi dan Fachry Ali).
Tim penulis sejarah ini didukung oleh Dewan Penasihat Prof Dr Sartono Kartodirdjo, Prof Dr Ibrahim Alfian, dan Dr IGN Anom, dengan Ketua Editor Umum Prof Dr Taufik Abdullah, dan Editor Umum Prof Dr AB Lapian.
Baca selengkapnya

Inilah PERINGATAN 150 TAHUN MAX HAVELAAR

Add caption
Max Havelaar, of de Koffie-veilingen der nederlandsche Handelsmaatschappij (15 Mei 1860), ditulis oleh Eduard Douwes Dekker yang menggunakan nama samaran �Multatuli�-artinya saya banyak menderita-muncul sebagai bagian penting dan menonjol bagi pembentukan nasionalisme Indonesia dan juga cara pandang baru terhadap kolonialisme.
Buku ini memberi kritikan tajam mengenai bagaimana orang Belanda memperlakukan koloni mereka melalui cara pandang Belanda. Dengan gaya tulisan yang satiris, buku ini mengungkap kebobrokan yang bersemayam dalam budaya berdagang Belanda yang hanya mencari untung namun korup.
Saat ini, tepat satu setengah tahun, Max Havelaar masih muncul sebagai contoh dari realitas yang mengetengahkan perlawanan terhadap ketidakadilan dimana-mana. Ini merupakan keutamaan sastra yang tetap menjadi suatu karya yang menawan. Keberpihakan Mutatuli terhadap para korban penindasan dan kesungguhannya melawan ketakadilan masih tetap hidup dan semestinya akan terus aktual hingga sekarang.
Untuk memperingati 150 tahun karya itu, Jurusan Sejarah UGM bekerjasama dengan Erasmus Mundus, Karta Pustaka, dan InSi (Institut Sejarah Indonesia) menyelenggarakan serangkaian acara yaitu:
1. Ceramah Ilmiah
Acara ini akan diselenggarakan pada:
Hari/tanggal : Senin, 12 April 2010
Waktu : 09.30 - 11.00 WIB
Tema : 150 Tahun Max Havelaar; Makna Buku Sekarang dan Dulu
Pembicara : Prof. Marita Mathijsen
2. Pemutaran Film
Acara ini diselenggarakan pada:
Hari/Tanggal : Senin, 12 April 2010
Waktu : 11.30 - 14.30 WIB
Judul Film: Max Havelaar
Sutradara : Fons Radenmakers (Oscar Winner) Tahun 1976
Baca selengkapnya

Jumat, 07 Januari 2011

Inilah Neanderthal: Anatomi dan Kebudayaan Mereka

Inilah Neanderthal: Anatomi dan Kebudayaan Mereka

Sebelumnya Neanderthal (Homo neanderthalensis) adalah manusia yang secara tiba-tiba muncul 100.000 tahun yang lalu di Eropa, dan kemudian menghilang, atau terasimilasi dengan ras yang lain, dengan tenang tetapi cepat sekitar 35.000 tahun yang lalu. Satu-satunya perbedaan mereka dari manusia moderen adalah bahwa rangka mereka lebih tegak dan kapasitas tengkorak mereka sedikit lebih besar.
Neanderthal adalah satu ras manusia, sebuah fakta yang diakui oleh hampir semua orang saat ini. Para evolusionis telah dengan keras mencoba untuk menghadirkan mereka sebagai "spesies primitif," namun semua penemuan menunjukkan bahwa mereka tidak berbeda dengan seorang manusia �kekar� yang berlalu-lalang di jalan saat ini. Seorang ahli terkemuka dalam hal ini, Erik Trinkaus, seorang paleoanthropologi, dari New Mexico University, menulis:
Perbandingan yang teliti dari sisa-sisa kerangka Neanderthal dengan manusia moderen telah menunjukkan bahwa tidak ada satupun dalam anatomi Neanderthal yang secara meyakinkan menunjukkan kemampuan bergerak, berkarya, intelektual, atau berbahasa yang lebih rendah daripada manusia moderen.

Banyak peneliti masa kini mendefinisikan manusia Neanderthal sebagai subspesies dari manusia moderen, dan menyebutnya Homo sapiens neanderthalensis.
Disisi lain, rekaman fosil menunjukkan bahwa Neanderthal memiliki kebudayaan yang telah maju. Salah satu contoh yang paling menarik adalah seruling yang terfosilkan buatan orang-orang Neanderthal. Seruling ini, terbuat dari tulang paha seekor beruang, ditemukan oleh arkeolog Ivan Turk dalam sebuah gua di Utara Yugoslavia pada bulan Juli 1995. Ahli musik Bob Fink kemudian menelitinya. Fink membuktikan bahwa seruling ini, yang menurut test karbon radioaktif berusia antara 43,000 dan 67,000 tahun, menghasilkan empat nada serta memiliki nada setengah dan nada penuh. Penemuan ini menunjukkan bahwa Neanderthal telah menggunakan skala tujuh nada, ramuan dasar dari musik barat. Fink, yang mengkaji seruling tersebut, menyatakan bahwa "jarak antara lubang kedua dan ketiga pada seruling tua ini adalah dua kali dari jarak antara yang ketiga dan keempat." Ini berarti bahwa jarak pertama mewakili nada penuh, dan jarak disebelahnya adalah nada setengah. Fink mengatakan, "Tiga nada ini� adalah tdak bisa tidak adalah diatonis dan akan dengan sempurna berbunyi tepat dalam skala diatonis acuan manapun, moderen maupun antik." Hal tersebut mengungkap bahwa Neanderthal adalah orang dengan telinga dan pengetahuan musik.

NEANDERTHAL: RAS MANUSIA
Di samping, tampak tengkorak Homo sapiens neanderthalensis Amud I, ditemukan di Israel. Tingginya diperkirakan 1,8 meter. Isi otaknya sama besar dengan manusia masa kini: 1,740 cc. Di bawah, tampak sebuah fosil kerangka ras Neanderthal, dan sebuah alat batu yang diyakini telah digunakannya. Ini dan penemuan-penemuan serupa menunjukkan bahwa Neanderthal benar-benar ras manusia yang punah ditelan waktu.
Beberapa penemuan fosil lain menunjukkan bahwa Neanderthal mengubur orang yang telah mati, merawat yang sakit, serta menggunakan kalung dan perhiasan serupa.
JARUM JAHIT NEANDERTHAL
Jarum berumur 26 ribu tahun: temuan menarik ini menunjukkan bahwa manusia Neanderthal berpengetahuan menjahit baju sejak puluhan ribu tahun yang lalu
(D. Johanson, B. Edgar, From Lucy to Language, h. 99).
SERULING NEANDERTHAL
Seruling Neanderthal terbuat dari tulang. Perhitungan yang dilakukan atas artefak ini menunjukkan bahwa lubang-lubang dibuat agar menghasilkan nada yang benar, dengan kata lain, inilah alat musik yang dirancang secara piawai.

Foto di atas adalah perhitungan Bob Fink atas seruling itu.

Bertentangan dengan propaganda evolusionis, penemuan-penemuan semacam ini menunjukkan bahwa manusia Neanderthal telah berperadaban, bukan manusia gua kuno.
(The AAAS Science News Service, "Neanderthals Lived Harmoniously," 3 April 1997).

Sebuah jarum jahit berusia 26,000 tahun, yang terbukti telah digunakan oleh orang-orang Neanderthal, juga ditemukan selama penggalian fosil. Jarum ini, yang terbuat dari tulang, sangat lurus dan memiliki sebuah lubang untuk dilalui benang. Orang yang memakai pakaian dan membutuhkan sebuah jarum jahit tidak bisa dianggap "primitif."
Penelitian terbaik pada kemampuan membuat perkakas Neanderthal adalah yang dilakukan Steven L. Kuhn dan Mary C. Stiner, yang secara berturut-turut, seorang profesor antrophologi dan arkeologi, , pada University of New Mexico. Walaupun kedua orang ilmuwan ini adalah pendukung teori evolusi, hasil dari penelitian dan analisa arkeologis mereka menunjukkan bahwa Neanderthal yang hidup di dalam gua pada pantai barat daya Italia selama ribuan tahun melakukan aktifitas yang membutuhkan kapasitas berfikir yang sama kompleksnya dengan manusia moderen saat ini.
Kuhn dan Stiner menemukan sejumlah perkakas di dalam gua ini. Penemuan ini adalah alat pemotong yang tajam dan runcing, termasuk mata tombak, yang dibuat dengan menipiskan secara hati-hati lapisan di pinggiran batu. Membuat sisi tajam semacam ini dengan menipiskan lapisannya tak diragukan lagi merupakan pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan dan keterampilan. Penelitian telah menunjukkan bahwa salah satu permasalahan terpenting yang dihadapi dalam pekerjaan tersebut adalah pecah yang terjadi sebagai hasil dari tekanan pada sisi batu tersebut. Dengan alasan ini, orang yang melakukannya harus membuat mengukur dengan tepat besarnya tenaga yang digunakan untuk menjaga sisi-sisinya agar tetap lurus dan sudut yang tepat untuk memukulnya, jika ia membuat sebuah perkakas yang tajam.
Margaret Conkey dari University of Carolina menjelaskan bahwa perkakas yang dibuat pada masa sebelum Neanderthal juga dibuat oleh komunitas orang-orang cerdas yang sepenuhnya paham apa yang mereka lakukan:
PROPAGANDA
FAKTA YANG TAK ADA
Meskipun penemuan-penemuan fosil menunjukkan bahwa manusia Neanderthal tak bersifat "purba" jika dibandingkan dengan kita dan adalah satu ras manusia, prasangka para evolusionis terhadap mereka berlanjut tanpa berkurang. Kadang kala Manusia Neanderthal masih digambarkan sebagai "manusia kera" pada sejumlah museum evolusionis, sebagaimana ditunjukkan gambar di samping. Inilah suatu tanda bahwa Darwinisme bersandar pada prasangka dan propaganda, bukan pada penemuan ilmiah.
Jika anda melihat pada benda-benda yang dbuat oleh tangan-tangan manusia kuno, inti Levallois dan lain-lain, itu bukanlah sesuatu yang main-main. Mereka memiliki pengetahuan terhadap bahan yang mereka kerjakan dan memahami seluk beluknya.
Singkatnya, penemuan ilmiah menunjukkan bahwa Neanderthal adalah satu ras manusia yang tidak berbeda dari kita dalam tingkat kecerdasan dan keterampilan. Ras ini bisa jadi menghilang dari sejarah dengan berasimilasi dan bercampur dengan ras yang lain, atau menjadi punah karena sesuatu hal yang belum diketahui. Tetapi secara pasti mereka tidaklah "primitif" atau "setengah-kera." Berikutnya
Baca selengkapnya
Inilah Australopithecus sejarah Manuia

Inilah Australopithecus sejarah Manuia

Sebelumnya Kelompok pertama, genus Australopithecus, berarti "kera dari selatan," seperti yang telah kita katakan. Diperkirakan makhluk ini pertama kali muncul di Afrika sekitar 4 juta tahun yang lalu, dan hidup hingga 1 juta tahun yang lalu. Terdapat banyak spesies yang berlainan di antara Australopithecine. Evolusionis beranggapan bahwa spesies Australopithecus tertua adalah A. afarensis. Setelah itu muncul A. africanus, dan kemudian A. robustus, yang memiliki tulang relatif lebih besar. Khusus untuk A. Boisei, beberapa peneliti menganggapnya sebagai spesies lain, sementara yang lainnya sebagai sub-spesies dari A. Robustus.
Tengkorak dan kerangka Australopithecus sangat mirip dengan kera masa kini. Gambar di samping menunjukkan simpanse di kiri dan kerangka Australopithecus afarensis di kanan. Adrienne L. Zhilman, profesor anatomi yang menggambarnya, menekankan bahwa struktur kedua kerangka ini sangat mirip. (kiri)
Tengkorak Australopithecus robustus. Memiliki kemiripan yang dekat dengan kera masa kini. (kanan) 
Semua spesies Australopithecus adalah kera punah yang mirip dengan kera masa kini. Volume tengkorak mereka adalah sama atau lebih kecil daripada simpanse masa kini. Terdapat bagian menonjol pada tangan dan kaki mereka yang mereka gunakan untuk memanjat pohon, persis seperti simpanse saat ini, dan kaki mereka terbentuk untuk mencengkeram dan bergelantung pada dahan pohon. Banyak karakteristik yang lain�seperti detail pada tengkorak mereka, dekatnya jarak antara kedua mata, gigi geraham yang tajam, struktur rahang, lengan yang panjang, dan kaki yang pendek�merupakan bukti bahwa makhluk ini tidaklah berbeda dengan kera masa kini. Namun demikian, evolusionis menyatakan bahwa, meskipun australopithecine memiliki anatomi kera, mereka berjalan tegak seperti manusia, tidak seperti kera.
Pernyataan bahwa australopithecine berjalan tegak ini adalah suatu pendapat yang dipegang oleh ahli paleoanthropologi seperti Richard Leakey dan Donald C. Johnson selama beberapa dasawarsa. Namun banyak ilmuwan yang melakukan banyak penelitian pada struktur tengkorak australopithecine telah mengungkap ketidakabsahan dari pendapat tersebut. Penelitian luas terhadap berbagai spesimen Australopithecus oleh dua ahli anatomi terkenal dari Inggris dan Amerika, Lord Solly Zuckerman dan Prof. Charles Oxnard, menunjukkan bahwa makhluk ini tidak berjalan tegak seperti manusia. Setelah mempelajari tulang-tulang fosil makhluk ini selama 15 tahun atas dana dari pemerintah Inggris, Lord Zuckerman dan timnya yang terdiri dari lima orang spesialis, mencapai kesimpulan bahwa australopithecine hanyalah spesies kera biasa, dan sama sekali tidak berjalan tegak, walaupun Zuckerman sendiri adalah seorang evolusionis.  Bersamaan dengan itu, Charles E. Oxnard, seorang ahli anatomi evolusi yang terkenal di bidangnya, juga mempersamakan struktur rangka australopithecine dengan orang utan moderen.
Bahwa Australopithecus tidak bisa dijadikan sebagai nenek moyang manusia belakangan ini telah diterima oleh sumber-sumber evolusionis. Majalah ilmiah populer terkenal dari Perancis, Science et Vie, menjadikan hal ini sebagai sampul depan edisi Mei 1999. Dengan tajuk "Adieu Lucy (Selamat tinggal Lucy)"�Lucy merupakan contoh fosil terpenting dari spesies Australopithecus afarensis�majalah tersebut melaporkan bahwa kera-kera spesies Australopithecus seharusnya disingkirkan dari pohon kekerabatan manusia. Dalam artikel ini, berdasarkan pada penemuan satu lagi fosil Australopithecus yang dikenal sebagai St W573, kalimat yang muncul adalah sebagai berikut:
Sebuah teori baru menyatakan bahwa genus Australopithecus bukanlah cikal bakal ras manusia� Hasil ini didapat dari satu-satunya wanita yang diberi kewenangan untuk meneliti, St W573 berbeda dari teori normal berkenaan dengan nenek moyang manusia: ini meruntuhkan pohon kekerabatan hominid. Primata besar, yang dianggap sebagai nenek moyang manusia, telah dihilangkan dari susunan pohon kekerabatan ini� Australopithecus dan spesies Homo (manusia) tidak muncul dalam cabang yang sama. Nenek moyang langsung manusia masih menunggu untuk ditemukan. 

AFARENSIS DAN SIMPANSE
Gambar atas adalah tengkorak Australopithecus afarensis AL 444-2, dan di bawahnya tengkorak simpanse masa kini. Kesamaan yang jelas di antara keduanya adalah sebuah tanda yang nyata bahwa A. afarensis itu spesies kera biasa, tanpa sifat-sifat manusia. 
Baca selengkapnya

Inilah Pohon Kekerabatan Manusia Yang Dibuat-Buat

Sebelumnya Pernyataan Darwinis mendukung bahwa manusia moderen berevolusi dari sejenis makhluk yang mirip kera. Selama proses evolusi tanpa bukti ini, yang diduga telah dimulai dari 5 atau 6 juta tahun yang lalu, dinyatakan bahwa terdapat beberapa bentuk peralihan antara manusia moderen dan nenek moyangnya. Menurut skenario yang sungguh dibuat-buat ini, ditetapkanlah empat kelompok dasar sebagai berikut:
1. Australophithecines (berbagai bentuk yang termasuk dalam genus Australophitecus)
2. Homo habilis
3. Homo erectus
4. Homo sapiens
Genus yang dianggap sebagai nenek moyang manusia yang mirip kera tersebut oleh evolusionis digolongkan sebagai Australopithecus, yang berarti "kera dari selatan." Australophitecus, yang tidak lain adalah jenis kera purba yang telah punah, ditemukan dalam berbagai bentuk. Beberapa dari mereka lebih besar dan kuat ("tegap"), sementara yang lain lebih kecil dan rapuh ("lemah")
Para evolusionis menggolongkan tahapan selanjutnya dari evolusi manusia sebagai genus Homo, yaitu "manusia." Menurut pernyataan evolusionis, makhluk hidup dalam kelompok Homo lebih berkembang daripada Australopithecus, dan tidak begitu berbeda dengan manusia moderen. Manusia moderen saat ini, yaitu spesies Homo sapiens, dikatakan telah terbentuk pada tahapan evolusi paling akhir dari genus Homo ini. Fosil seperti "Manusia Jawa," "Manusia Peking," dan "Lucy," yang muncul dalam media dari waktu ke waktu dan bisa ditemukan dalam media publikasi dan buku acuan evolusionis, digolongkan ke dalam salah satu dari empat kelompok di atas. Setiap pengelompokan ini juga dianggap bercabang menjadi spesies dan sub-spesies, mungkin juga. Beberapa bentuk peralihan yang diusulkan dulunya, seperti Ramapithecus, harus dikeluarkan dari rekaan pohon kekerabatan manusia setelah disadari bahwa mereka hanyalah kera biasa. 184
Dengan menjabarkan hubungan dalam rantai tersebut sebagai "Australopithecus > Homo Habilis > Homo erectus > Homo sapiens," evolusionis secara tidak langsung menyatakan bahwa setiap jenis ini adalah nenek moyang jenis selanjutnya. Akan tetapi, penemuan terbaru ahli paleoanthropologi mengungkap bahwa australopithecines, Homo habilis dan Homo erectus hidup di berbagai tempat di bumi pada saat yang sama. Lebih jauh lagi, beberapa jenis manusia yang digolongkan sebagai Homo erectus kemungkinan hidup hingga masa yang sangat moderen. Dalam sebuah artikel berjudul "Latest Homo erectus of Java: Potential Contemporaneity with Homo sapiens ini Southeast Asia," dilaporkan bahwa fosil Homo erectus yang ditemukan di Jawa memiliki "umur rata-rata 27 � 2 hingga 53.3 � 4 juta tahun yang lalu" dan ini "memunculkan kemungkinan bahwa H. erectus hidup semasa dengan manusia beranatomi moderen (H. sapiens) di Asia tenggara" 
Lebih jauh lagi, Homo sapiens neanderthalensis (manusia Neanderthal) dan Homo sapiens sapiens (manusia moderen) juga dengan jelas hidup bersamaan. Hal ini sepertinya menunjukkan ketidakabsahan pernyataan bahwa yang satu merupakan nenek moyang bagi yang lain.
Pada dasarnya, semua penemuan dan penelitian ilmiah telah mengungkap bahwa rekaman fosil tidak menunjukkan suatu proses evolusi seperti yang diusulkan para evolusionis. Fosil-fosil, yang dinyatakan sebagai nenek moyang manusia oleh evolusionis, sebenarnya bisa milik ras lain manusia atau milik spesies kera.
Lalu fosil mana yang manusia dan mana yang kera? Apakah mungkin salah satu dari mereka dianggap sebagai bentuk peralihan? Untuk menemukan jawabannya, mari kita lihat lebih dekat pada setiap kelompok. 
Baca selengkapnya

Selasa, 04 Januari 2011

Inilah Asal Mula Terjadinya Bumi Versi Peneliti

Beberapa versi yang dikemukakan oleh para ahli hingga sekarang ini, yaitu  :
  1. Pada tahun 1755 , filsuf jerman Immanuel Kant menyarankan bahwa sistem tata surya ( matahari, planet, bulan, komet, dll ) terbentuk dari suatu nebula ( yaitu masa bola tipis seperti kabut yang luas ). Teori Kant ini tidak begitu menggemparkan dunia ilmu pengetahuan.
  2. Pada waktu yang hampir bersamaan, seorang naturalist Perancis George-Louise Leclerc, Comte de Buffon menjawab sendiri pertanyaannya, bagaimana bumi dilahirkan..?  Dia percaya bahwa berabad-abad yang lalu matahari bebenturan dengan komet dan sebagai akibatnnya, sejumlah besar materi dipaksa menghambur keluar dari matahari. Materi ini kemudian menjadi dingin dan berkembang menjadi planet-planet.
  3. Hipotesis Nebula Pierre Simon, Marquis de Laplace, seorang astronom matematika prancis, menolak teori Buffon dan mengajukan teori-nya sendiri pada tahun 1796. Teori ini disebut teori hipotesis nebula dan secara luas di terima sampai akhir abad XIX. Hipotesis ini menerangkan tentang berbagai seluk-beluk hipotesis nebula Kant walaupun Laplace mungkin tidak mengetahui sumbangan Kant. Menurut Laplace, anggota tata surya pernah suatu saat berbentuk massa gas besar yang bercahaya dan berputar perlahan-lahan. Massa ini berangsur-angsur mendingin, mengecil dan makin mendekati bentuk bola. Karena rotasi yang kecepatannya semakin lama makin tinggi massa tersebut menggelembung di sekitar garis khatulistiwa. Akhirnya suatu lingkaran materi terlempar dari daerah ini. Lingkaran itu menjadi dingin, mengecil dan akhirnya menjadi planet dengan orbit pada bidang yang semula ditempatnya. Lalu sebuah lingkaran dan sebuah lagi terlempar keluar dari pusat massa dan masing-masing menjadi seluruh planet. Akhirnya semua planet terbentuk. Massa yang ditengah menjadi matahari kita. Selanjutya, planet-planet itu sendiri melontarkan lingkaran ke ruang angkasa dan berubah menjadi satelit atau bulan.
  4. Hipotesis Planetesimal.  Sekitar tahun 1900 seorang astronom yang bernama Forest Ray Moulton dan seorang ahli geologi  yang bernama T.C. Chamberlin ( dari Universitas Chicago ), mengemukakan suatu teori baru yang mereka namakan hipotesis planetesimal. Planetesimal adalah benda padat kecil yang mengelilingi suatu inti yang bersifat gas. Menurut Moulton dan Chamberlin, sebuah bintang yang menembus ruang angkasa dengan cepat berada dekat sekali dengan matahari kita. Daya tarik yang makin meninggi antar akedua bintang itu menyebabkan bintang yang satu menaikkan pasang besar di bagian gas panas bintang yang lain. Pada saat pasang matahari yang disebabkan oleh tarikan bintang yang lewat menjadi bertambah besar, massa gas terlempar dari matahari  dan mulai mengorbit. Beberapa diantaranya mengikuti bintang lain ketika bintang itu meluncur ke ruang angkasa, sedangkan yang lain tertahan oleh daya tarik matahri yang mulai bergerak mengelilingi benda alam itu. Pasang matahari menurun kembali bila bintang lain itu mulai mejauh.  Massa gas yang terlempar dari matahari mapan dari suatu jalan yang teratur dari sekeliling matahari. Ketika massa gas menjadi dingin, gas itu berubah bentuknya menjadi cairan yang lama-kelamaan menjadi massa pada kecil. Pecahan-pecahan yang disebut planetesimal tarik-menarik dan akhirnya membentuk planet.
  5. Teori pasang. Pada tahun 1918, Sir James Jeans dan Sir Harold Jeffreys( dari Inggris ) menyusun teori pasang. Teori ini didasarkan atas ide benturan. Bebeda dengan Moulto dan Chamberlin, keduanya ini tidak percaya bahwa planet berasal dari sejumlah besar benda alam kecil-kecil atau plenetesimal. Mereka berpendapat bahwa planet itu lansung terbentuk dari massa gas asli yang ditarik dari matahari oleh bintang yang lewat dan bukan oleh penyusunan benda alam yang besar dan padat dari berbagai unsur kecil. Menurut teori pasang, ketika bintang mendekat atau bahkan menyerempet matahari kita, tarikan grafitasinya menyedoy filamen gas berbentuk cerutu pandang dari matahari sebuah filamen yang besar pada bagian tengahnya dan mengecil pada bagian ujungnya.
  6. Teori Lyttleton. Seorang astronom yang bernama R.A. Lyttleton memperkenalkan suatu gagasan yang jugamerupakan modifikasi dari teori benturan, dia mengemukakan bahwa matahari asalnya adalah suatu bintang kembar dan kedua bintang itu mengelilingi suatu pusat gravitasi..sebuah bintang lewat mendekati salah satu matahari ini dan mungkin telah menghancurkan dan merubah bentuknya menjadi massa gas besar yang berputar-putar. Bintang yang bertahan akan menjadi matahari kita, sedangkan korban benturan itu dalam selang waktu tertentu telah berkembang menjadi planet-planet. Dalam beberapa hal, hipotesis lyttleton ini memberikan penjelasan yang lebih baik tentang tata surya kita di bandingkan dengan teori benturan yang lain.
  7. Berbagai Modifikasi Hipotesis Nebula.  Astronom JermanC. von Weizsaeckar memperkenalkan hipotesis nebulanya dalam tahun 1940-an. Dia berpendapat bahwa suatu lapisan materi bersifat gas pernah muncul keluar sampai jauh skali dari sekitar garis khatulistiwa matahari jaman purba. Sebagiab besar  lapisan ini terdiri dari unsur ringan hidrogen dan helium. Akhirnya, tekanan panas dan radiasi matahari menghilangkan sebagian besar hidrogen dan helium serta meninggalkan unsur-unsur yang lebih berat. Unsur-unsur yang lebih berat itu secara bertahap berkumpul dalam suatu deretan konsentris yang berbentuk seperti ginjal. Deretan massa ini menarik bahan-bahan lain yang terdapat di ruang angkasa dan berkembang menjadi planet.
  8. Hipotesis Nebula yang lain juga di ajukan oleh astronom Belanda-Amerika bernama Gerald P. Kuiper. Dia menganggap bahwa dulu pernah ada suatu nebula yang berbentuk suatu piringan yang luas sekali denga protomatahari atau calon matahari berada di tengah-tengahnya. Komposisi keseluruhan nebula itu seragam, sehunya rendah karena protomatahari itu belum memancarkan sinarnya. Nebula dingin ini mulai pecah dan berkonsentrasi dalam massa-massa yang terpisah yaitu protoplanet atau calon planet. Materi yang tengah yaitu protomatahari juga berkonsentrasi dibawah daya gravitasi. Sambil menyusut materi itu menjadi semakin panas . Panas yang dipancarkan oleh protomatahari mengalau hampir semua unsur ringan ( khususnya hidrogen dan helium ) dari protoplanet dan nebula itu . Disetiap protoplanet sebagian unsur berat ( besi, nikel, dan beberapa logam lain ) akan berkonsentrasi di tengah.
  9. Add caption
  10. Teori awan-debu.  Suatu teori awan debu tentang jagat raya diperkenalkan oleh astronom AS Fred L. Whipple. Menurut Whipple, calon sistem tata surya semua merupakan awan luas yang terdiri atas debu dan gas kosmos yang di perkirakan berbentuk piring. Ketidakteraturan dalam awanitu menyebabkan terjadinya perputaran. Debu dan gas yang berputar berkumpul menjadi satu dan hilanglah awannya. Partikel-partikel keras di dalamnya saling berbenturan, melekat dan kemudian menjadi planet. Berbagai gas yang terdapat di tengah awan berkembang menjadi matahari.
Sejarah bumi dan kehidupan didalamnya��
  • Sejarah Bumi dan Kehidupan didalamnya
Bumi tempat segenap makhluk hidup termasuk manusia telah terbentuk kira-kira 4.600.000.000 tahun lalu bersamaan dengan planet-planet lain yang membentuk tatasurya dengan matahari dengan pusatnya.
Sejarah kehidupan di Bumi baru dimulai sekitar 3.500.000.000 tahun lalu dengan munculnya microorganisme sederhana yaitu becteri dan ganggang. Kemudian pada 1.000.000.000 tahun lalu baru muncul organisme ber sel banyak.
Pada sekitar 540.000.000 tahun lalu secara bertahap kehidupan yang lebih komplek mulai berevolusi. P3erkembangan tumbuhan di awali oleh pteridofita ( tumbuhan paku ), Gimnosperma ( tumbuhan berujung ) dan terakhir angiosperma ( tumbuhan berbunga ). Sedangkan perkembangan hewan dimulai dari invertebrate, ikan, amfibia, reptilian, burung dan terakhir mamalia, kemudian terakhir kali muncul manusia. Masa Arkeozoikum dan Proterozoikum bersama-sama dikenal sebagai masa prakambrium.
  • Masa Arkeozoikum ( 4,5 � 2,5 milyar thn lalu )
Arkeozoikum artinya Masa Kehidupan Purba. Masa Arkeozoikum ( arkean ) merupakan masa awal pembentukan batuan kerak bumi yang kemudian berkembang menjadi protokontinen. Batuan masa ini ditemukan di beberapa bagian dunia uang lazim disebut kraton/perisai benua. Batuan tertua tercatat berumur kira-kira 3.800.000.000 tahun. Masa ini juga merupakan awal terbentuknya Indrosfer dan Atmosfer serta awal muncul kehidupan primitive di dalam samudra berupa micro-organisma (bakteri dan ganggang). Fosil tertua yang telah ditemukan adalah fosil stromatolit dan Cyanobacteria dengan umur kira-kira 3.500.000.000 tahun.
  • Masa Proterozoikum (2,5 milyar � 290 juta thun lalu)
Proterozoikum artinya masa kehidupan awal. Masa Proterozoikum merupakan awal terbentuknya hidrosfer dan atmosfer. Pada masa ini kehidupan mulai berkembang dari organisme bersel tunggal menjadi organisme bersel banyak (enkaryotes dan prokaryotes). Menjelang akhir masa ini organisme lebih kompleks, jenis invertebrata bertubuh lunak seperti ubur-ubur, cacing dan koral mulai muncul di laut dangkal, yang bukti-buktinya dijumpai sebagai fosil sejati pertama. Masa Arkeozoikum dan Proterozoikum bersama-sama dikenal sebagai masa pra-kambrium.
  • Jaman Kambrium (590-500 juta t6hun lalu)
Kambrium berasal dari kata �Cambria� nama latin untuk daerah Wales, dimana batuan berumur kambrium pertama kali dipelajari. Banyak hewan invertebrate mulai muncul pada zaman Kambrium. Hampir seluruh kehidupan berada di lautan. Hewan zaman ini mempunyai kerangka luar dan cangkang sebagai pelindung. Fosil yang umum di jumpai dan penyebarannya luas adalah Alga, Cacing, Sepon, Koral, Moluska, Ekinodermata, Brakiopoda dan Artropoda (Trilobit). Sebuah daratan yang disebut Gondwana (sebelumnya pannotia) merupkan cakal bakal Antartika, Afrika, India, Australia, sebagian Asia dan Amerika Selatan. Sedangkan Eropa, Amerika Utara, dan Tanah Hijau masih berupa benua-benua kecil yang terpisah.

Di ambil dari buku ciptaan  Musyri�ah Hanum.                                                                                  Cetakan :  Pertama, Mei 2005
Baca selengkapnya